Menejemen PT Totalindo Bungkam Soal Upah Sub Kontraktor

Ketegangan sempat terjadi antara karyawan PT Totalindo dengan Sub kontraktor Willy (baju putih) saat pintu masuk kerja digèmbok, Jumat (23/2/24)

Riaubisa.com, Pekanbaru - Hingga sore Jumat (23/2/24) aksi penggembokan proyek pembangunan fisik CWR-02 UNRI, masih berlanjut. Sementara projeect manager (PM) PT Totalindo Ek Persada TBK, Polmer Siregar hingga berita ini dipublish belum memberi keterangan.

General Affair PT. Totalindo Eka Persada TBK, Ernando Sitanggang saat ditemui mengaku, pihaknya belum bisa memberikan keterangan . Alasannya, dirinya bukan bagian keuangan. 

BACA JUGAUpah Tak Dibayar, Sub Kontraktor Palang Pintu Proyek

Begitu juga saat ditanya mengenai PM PT Totalindo Polmer Siregar. Ia mengaku keduanya tengah berada di Jakarta.

"Iya, kalau masalah utang piutang itu bagian keuangan yang tahu. Kalau untuk dibayar iya, pasti ada pembayaran karena kasir keuangan kita lagi di Jakarta pak," ujarnya.

Ernando juga tak bisa memberi keterangan ketika ditanya apakah PT Totalindo memang punya utang ke Sub kontraktor PT Batu Tiras Willy Napitupulu.

"Kalau soal utang piutang pak, itu enggak bisa saya jawab. Karena saya kan enggak bagian keuangan. Kalau sudah dia datang dari Jakarta nanti, bisa bapak tanya dia langsung," ucapnya.

Ernando mengaku, dengan digemboknya pintu masuk kerja tersebut, sebanyak 50 pekerja proyek pembangunan fisik CWR-02 terpaksa tak bisa beraktifitas. Ia mengaku, hal itu sudah ia informasikan kepada PM PT. Totalindo Polmer Siregar. Namun apa sikap pimpinan masih ia tunggu.

Sementara itu Sub kontraktor PT. Batu Tiras, Willy Napitupulu mengungkapkan, aksi penggembokan itu ia lakukan karena sudah 1,5 tahun lebih upah kerja tak dibayar. 

"Sesuai perjanjian upah senilai Rp 300 juta lebih tersebut, sudah ia lunasi per Desember 2023 kemarin.  Tapi, sampai sekarang tak kunjung ia bayar," tuturnya.
 
Willy mengatakan, proyek yang didanai LOAN ADB senilai Rp98 miliar tersebut sudah dua kali andendum. Dan diperkirakan akan berakhir pada April mendatang.

Ia pun membeberkan bahwa, galian C yang digunakan pada proyek yang bersumber dari Bank dunia itu diduga tak punya ijin. Begitu juga dengan BBM yang digunakan, kuat dugaan bukan BBM industri melainkan BBM subsidi.

Willy pun menegaskan, bahwa sepanjang upah Rp300 juta lebih tersebut tak dibayar oleh PT. Totalindo, pihaknya tetap akan berjaga di lokasi proyek. 

Dikonfirmasi terpisah, PM PT. Totalindo, Polmer Siregar saat dihubungi, hingga berita ini dipublish, juga belum memberi keterangan. (fin)